STTA SELANGGARAKAN SEMINAR…

STTA SELANGGARAKAN SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI INFORMASI DAN KEDIRGANTARAAN 2019 “PERAN TEKNOLOGI UNTUK REVITALISASI BANDARA DAN TRANSPORTASI UDARA”


Konektivitas  wilayah negara merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa, serta pemerataan pembangunan. Kesatuan wilayah ini penting, agar pembangunan di seluruh wilayah NKRI bisa berlangsung lebih cepat dan lebih baik. Dengan demikian diperlukan dukungan semua lini dari semua matra yang ada, baik darat, laut maupun udara.

Pemerataan pembangunan akan berhasil, jika pengiriman logistik, sumber daya alam, dan sumber daya manusia, dapat berlangsung dengan cepat dan efisien. Karakteristik Indonesia yang merupakan negara kepulauan, maka memerlukan mode transportasi yang dapat menjangkau seluruh wilayah dengan baik dan cepat. Dengan demikian moda transportasi udara menjadi salah satu  pilihan  untuk membangun konektivitas seluruh wilayah yang ada, sehingga pergerakan barang dan jasa dapat berlangsung dengan lebih baik.

Transportasi udara merupakan kebutuhan urgent di Indonesia. Hal ini karena Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga untuk menghubungkan kepulauan satu dan lainnya, diperlukan kecukupan transportasi udara. Permasalahan yang terjadi, sarana dan prasarana, termasuk infrastruktur dan teknologi kedirgantaraan di Indonesia masih terus berbenah dan selalu diperlukan pengembangan. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, pada Selasa, (10/12) Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA) menyelenggarakan Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Kedirgantaraan (SENATIK) 2019 mengambil tema “Peran  Teknologi Untuk  Revitalisasi Bandara dan Transportasi Udara.” bertempat di Ruang Adisutjipto. Dengan mengundang narasumber Prof. Ir. Siti Malkhamah,M.Sc., Ph.D., Guru Besar Fakultas Teknik  Universitas Gadjah Mada dan Pakar Airport Engineering,  Ir. Wardhani Sartono, M.Sc.

Ketua Panitia, Fajar Nugroho, S.T., M.Eng dalam sambutannya menyampaikan bahwa  dalam membangun sistem transportasi udara yang baik, sangat diperlukan dukungan dan peranan  teknologi  maksimal dalam menyiapkan sarana dan prasarananya. Dengan segala kemudahan dalam perkembangan teknologi saat ini, yang menjadi pertanyaan masyarakat umum adalah, bagaimana kebijakan membangun kesatuan wilayah, bagaimana peran teknologi dalam mendukung konektivitas wilayah untuk mendukung perputaran barang dan jasa yang lebih baik. Sementara Ketua STTA, Marsda TNI (Purn) Dr. Ir. Drs. T. Ken Darmastono, M.Sc., menuturkan selain menghubungkan antar pulau, konektivitas  wilayah negara juga berperan mewujudkan kesatuan dan persatuan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.

Adapun kegiatan Senatik 2019 ini, diikuti oleh 50 orang pemakalah dan 150 peserta seminar. Komposisi pemakalah dan peserta seminar adalah dari  praktisi industri, dosen, mahasiswa S2, dan  Mahasiswa S3 dari berbagai daerah di  Indonesia.

Guru Besar Fakultas Teknik  Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Siti Malkhamah,M.Sc., Ph.D mengulas mengenai karakterisitik bandara di Indonesia, di antaranya sebagian besar dibangun untuk kepentingan keamanan dan pertahanan, dibangun secara bertahap, dibangun di atas tanah lunak dengan kapasitas daya dukung yang sangat rendah dan sebagian besar dibangun diatas tanah pegunungan dengan luas medan datar yang sangat terbatas. Bandara di Indensia yang telah dibangun juga dapat mengalamai kerusakan. Secara Umum ada 5 Tipe kerusakan :retak (Cracking), kerusakan pada sambungan (joint seal damage), kerontokan (disintegration), perubahan permukaan konstruksi (distortion), hilangnya kekesatan permukaan konstruksi (loss of skid resistance). 

Pakar Airport Engineering, Ir Wardhani Sartono, M.Sc  menambahkan Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) merupakan bandara tersibuk sedunia urutan ke 18. Urutan ini lebih tinggi dibandingkan bandara Changi yakni urutan ke 19. Sementara pada 2013 lalu, posisi Bandara Soetta menduduki peringkat ke 10 bandara tersibuk dunia. Sementara kerusakan sering terjadi pada bandaraa adalah Delamination atau pengelupasan lapisan permukaan, Depression atau penurunan permukaan, perkerasan, Pothole permukaan perkerasan terjadi lubang seperti bola, kerusakan tersebut dapat menimbulkan Foreign Object Damage (FOD) yang sangat membahayakan pesawat karena adanya benda asing yang dapat merusak body dan mesin pesawat. Penyebab kerusakan struktur perkerasan movement area (runway, taxiway dan apron) ada 4 faktor, yaitu : air yang meresap melalui permukaan perkerasan yang retak, misal air hujan, air yang berasal dari bawah perkerasan dan membasahi subgrade maupun subbase, misal air tanah, air yang berasal dari kawasan di sekitar bandara dan dapat menggenangi perkerasan, overload atau beban lebih  pavement bearing capacity atau max allowable gross weight dari perkerasan lebih rendah dari pada bobot pesawat yang dilayani. Harapannya dengan kegiatan Senatik 2019 ini, STTA sebagai perguruan tinggi yang berfokus pada kemajuan teknologi kedirgantaraan lulusannya mampu menjawab tantangan revitalisasi dan transportasi udara saat ini.