Mengenal Garbarata Pesawat di Bandara
- Admin ITDA
- /
- October 20, 2022 15:30
Mengenal Garbarata Pesawat di Bandara
Setiap layanan publik pasti memiliki fasilitas-fasilitas tertentu yang bertujuan untuk memudahkan penggunanya. Tidak terkecuali dengan pelayanan di bandara yang ada di Indonesia. Salah satu fasilitas yang wajib dilaksanakan oleh pihak bandara adalah memberikan kemudahan dengan menyediakan garbarata pada saat penumpang hendak naik dan turun dari pesawat. Namun, apakah itu garbarata pesawat?
Pada umumnya, hampir di setiap bandara yang ada di Indonesia menyediakan garbarata dan bus pengangkut untuk memudahkan penumpang pesawat. Meskipun begitu, terdapat ketentuan atau peraturan tertentu yang berlaku pada masing-masing bandara terkait penggunaan kedua fasilitas tersebut.
Teknologi canggih yang dimiliki garbarata memang sangat menguntungkan bagi industri penerbangan dan pastinya membantu para penumpang pesawat, sehingga para penumpang tidak perlu turun ke landasan dan berjalan jauh dari pesawat menuju terminal kedatangan maupun dari terminal keberangkatan menuju pesawat.
Mengenal Apa Itu Garbarata Pesawat
Garbarata memiliki sebutan lain yaitu Boarding Bridge atau Aviobridge. Istilah tersebut diartikan sebagai suatu alat berupa jembatan berdinding seperti lorong yang menghubungkan pintu pesawat dengan terminal di bandara. Sebagaimana layaknya pekerjaan staff bandara yakni membantu dan melayani para penumpang, garbarata pesawat juga berfungsi untuk membantu penumpang ketika hendak menyebrang ke pesawat tanpa harus keluar terlebih dahulu dari gedung terminal.
Di Indonesia sendiri, istilah garbarata berangkat dari bahasa Sansekerta. Garba artinya adalah perut, rahim, atau wadah, sedangngkan ratha artinya adalah kereta. Dalam bahasa Jawa, garba memiliki arti lain yaitu menggandeng atau menyambung. Sehingga, kata garbarata dapat diartikan menjadi wadah atau kereta yang menghubungkan.
Tepatnya pada tanggal 26 Juli 1959 bertempat di Bandara Internasional San Fransisco, garbarata pesawat pertama kali digunakan, yang mana alat canggih ini ditemukan dan dibuat oleh Frank Der Yuen. Ia adalah seorang insinyur penerbangan berkebangsaan Amerika Serikat. Der Yuen bersama dengan Francis B. Johnson merupakan penemu pertama dari konsep garbarata yang pada awalnya diberi nama Aero-Gangplank.
Awal Mula Perjalanan dari Desain Awal Aero-Gangplank, Garbarata Pertama di Dunia
Setelah pengajuan paten terhadap konsep dari desain awal Aero-Gangplank didapatkan, kemudian alat ini dipasang di O’Hare yang mana terdiri dari sebuah jembatan dengan tiga bagian utama, yaitu Aircraft Entry Vestibule, Covered Passageway, dan Terminal Vestibule. Ketiga bagian ini memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing.
Pada Aircraft Entry Vestibule, terdapat sebuah ruang kendali operator untuk mengoperasikan kontrol secara manual yang berfungsi untuk menggerakan mekanisme daya dan menyetir struktur pendukung mobile di bawahnya. Bagian ini mampu berotasi, dinaikkan dan diturunkan, serta dapat bergerak maju dan mundur untuk menyesuaikan pintu pesawat.
Covered Passageway atau yang disebut dengan struktur lorong tertutup memiliki tiga bagian yang dapat bergerak secara memanjang dan memendek (teleskopik), sehingga dapat menjangkau pesawat meski jaraknya cukup jauh dari lokasi terminal.
Terminal Vestibule adalah bagian yang menempel pada bangunan terminal. Bagian ini juga mampu berotasi supaya dapat menjangkau pesawat yang dilayani. Selain itu juga dapat diputar kembali ke posisi mendekati terminal ketika sedang tidak digunakan.
Setelah melalui berbagai trial dan menemukan kesuksesannya di Bandara O’Hare, Aero-Gangplank menjadi sebuah standar baru bagi boarding bridge atau garbarata di seluruh dunia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyak dipasangnya di banyak Bandara Amerika Serikat pada saat itu.
Mengetahui Cara Kerja Garbarata
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, fasilitas untuk naik dan turun pesawat ini memang bisa dikatakan banyak digunakan pada bandara-bandara besar yang ada di Indonesia. Sebab fasilitas Garbarata dapat memberikan kenyamanan bagi para penumpang yaitu mereka tidak perlu berjalan keluar gedung terminal untuk menyebrang ke pesawat.
Meski begitu, tidak semua penumpang dapat menggunakan fasilitas tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan parking stand. Apabila semua pesawat dipaksakan menggunakan Garbarata, maka dikhawatirkan akan terjadi masalah pada jadwal penerbangan.
Terkait jadwal penggunaan garbarata sendiri telah ditentukan oleh pengelola bandara, dengan kata lain tidak ada intervensi dari maskapai penerbangan. Pengelola Bandara menerima data perihal jadwal penerbangan, kemudian mereka menentukan area parking stand mana yang dapat menggunakan fasilitas garbarata. Meski begitu, pihak Angkasa Pura tetap menyediakan bus penumpang bagi pesawat yang tidak mendapatkan jatah penggunaan garbarata.
Garbarata dikendalikan menggunakan monitor control desk yang terletak di kabin. Garbarata juga dilengkapi dengan CCTV, sehingga dapat memantau keadaan di sekitar garbarata. Teknologi ini berkembang semakin canggih sebab dapat bergerak secara horizontal dan vertikal, bisa memanjang dan bisa memendek, naik serta turun, selain itu dapat berotasi 175 derajat.
Sistem kendali garbarata terintegrasi dengan peralatan keselamatan dan juga alat sistem pengendali elektronik yang bernama programmable logic controller yang berada di kotak console. Pada control console, terdapat semua peralatan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan dan memonitor garbarata. Sehingga, operator wajib memahami semua fungsi dari alat kontrol tersebut agar dapat mengoperasikannya dengan baik.
Meskipun dalam keadaan cuaca hujan maupun diterpa pantulan sinar matahari, fitur-fitur pada layar monitor control console tetap dapat terlihat dan terbaca dengan jelas. Pengoperasiannya juga sudah diupgrade menjadi lebih canggih karena menggunakan sistem touch screen sehingga memudahkan operator dalam mengoperasikannya.
Itulah tadi ulasan singkat mengenai garbarata pesawat, salah satu fasilitas di bandara yang dapat memudahkan penumpang dalam bermobilisasi dari terminal bandara hingga ke pesawat dan sebaliknya. Meski garbarata merupakan fasilitas yang dibangun dengan fitur yang canggih, diharapkan operator dapat memahami dan mengoperasikan alat tersebut dengan baik agar menghindari masalah ataupun kecelakaan yang mungkin terjadi.