PAGELARAN WAYANG KULIT…

PAGELARAN WAYANG KULIT KI SENO NUGROHO DALAM SEMARAK DIES NATALIS KE-16 STTA


Pagelaran Wayang Kulit membuka rangkaian kegiatan Dies Natalis Ke 16 Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA). Mengangkat tema Wahyu Makuto Romo, serta menampilkan bintang tamu Den Baguse Ngarso. Pagelaran yang diselenggarakan Senin (22/10/2018) tadi malam di lapangan bola Kampus STTA ini, dihadiri oleh Ketua STTA Marsda TNI (Purn) Dr. Ir. Drs. T. Ken Darmastono, MSc., Ketua Umum Yayasan Adi Upaya (YASAU), Marsda TNI (Purn) Tabri Santoso, S.I.P., M.M,. Komandan Lanud Adisutjipto Marsma TNI Ir. Tedi Rizalihadi, M.M., Ketua Dies Natalis Dedet Hermawan, S.T., M.T,. serta jajaran tamu undangan lainnya.

Dalam sambutannya, Ketua STTA mengucap syukur STTA telah melalui 16 tahun mengabdi di dunia pendidikan dan berharap kedepannya STTA dapat terus berkembang memberikan kontribusi khususnya dalam kemajuan teknologi kedirgantaraan. Pagelaran Wayang ini mengawali rangkaian kegiatan Dies Natalis STTA selanjutnya yang akan berlangsung dari 22 Oktober 2018 hingga 28 November 2018. STTA mengagendakan 5 kegiatan diantaranya Pagelaran Wayang Kulit, Gathering, Jalan Sehat, Sidang Senat dan Lomba Mahasiswa. Hal ini memerlukan sinergi seluruh civitas akademika, harapannya semua kegiatan dapat terlaksana dengan lancar dan sukses tanpa adanya kendala.

Hal tersebut sesuai dengan tema Dies Natalis STTA ke- 16 “ Bersatu Menggapai Prestasi”. Dengan bersatunya sinergi seluruh civitas dengan menjunjung nilai kebersamaan, seluruh kegiatan Dies Natalis ini akan dapat terlaksana dengan baik.  Harapannya, nilai ini dapat  berkembang dan digunakan oleh seluruh civitas akademika untuk membangun prestasi STTA lebih maju lagi.

Pemilihan tema pementasan wayang “Wahyu Makuto Romo” bukanlah tanpa alasan, wayang adalah suatu tontonan juga tuntunan. Makutoromo merupakan gabungan dari 2 kata yaitu Makuto dan Romo ”Makuto” adalah mahkota yang merupakan kelengkapan busana kebesaran seorang raja, sedangkan ”Romo” yang dimaksud adalah Prabu Rama Wijaya suami Dewi Shinta raja di Ayodya. Sehingga Makuto dapat diartikan sebagai watak yang harus dimiliki oleh seorang raja atau pemimpin meniru apa yang telah dicontohkan oleh Prabu Rama Wijaya. Sedangkan ajaran Hastabrata yang artinya Hasta adalah 8 (delapan) dan Brata adalah tingkah laku atau watak. Jadi Hastabrata adalah delapan pedoman perilaku yang layak disandang dan dilaksanakan. Esensi dari ajaran HastaBrata bukan hanya berlaku bagi para pemimpin saja. Setiap manusia, seyogyanya mengamalkannya, dalam arti “hidup selaras dengan alam”, dan “menjalankan peran yang diembannya, sehingga memberi manfaat bagi sesama”. Seorang pemimpin yang tidak mampu melaksanakan HastaBrata bagai raja tanpa mahkota. Sebaliknya, rakyat jelata yang dalam hidupnya mampu melaksanakan Hastabrata, berarti ia adalah rakyat jelata yang bermahkota, dialah manusia yang luhur budi pekertinya.

Tujuan dari diselenggarakannya pagelaran wayang kulit ini, untuk belajar kearifan lokal menanamkan akar budaya bangsa kita, selain itu memberikan pembelajaran mengenai filosofi yang ditampilkan dalam lakon pewayangan tersebut.