PAGELARAN WAYANG KULIT KI SENO NUGROHO DALAM SEMARAK DIES NATALIS KE-16 STTA
- Humas STTA
- /
- October 23, 2018 14:12
Pagelaran Wayang Kulit membuka rangkaian kegiatan Dies Natalis Ke 16 Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA). Mengangkat tema Wahyu Makuto Romo, serta menampilkan bintang tamu Den Baguse Ngarso. Pagelaran yang diselenggarakan Senin (22/10/2018) tadi malam di lapangan bola Kampus STTA ini, dihadiri oleh Ketua STTA Marsda TNI (Purn) Dr. Ir. Drs. T. Ken Darmastono, MSc., Ketua Umum Yayasan Adi Upaya (YASAU), Marsda TNI (Purn) Tabri Santoso, S.I.P., M.M,. Komandan Lanud Adisutjipto Marsma TNI Ir. Tedi Rizalihadi, M.M., Ketua Dies Natalis Dedet Hermawan, S.T., M.T,. serta jajaran tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Ketua STTA mengucap
syukur STTA telah melalui 16 tahun mengabdi di dunia pendidikan dan berharap
kedepannya STTA dapat terus berkembang memberikan kontribusi khususnya dalam
kemajuan teknologi kedirgantaraan. Pagelaran Wayang ini mengawali rangkaian
kegiatan Dies Natalis STTA selanjutnya yang akan berlangsung dari 22 Oktober
2018 hingga 28 November 2018. STTA mengagendakan 5 kegiatan diantaranya
Pagelaran Wayang Kulit, Gathering, Jalan Sehat, Sidang Senat dan Lomba
Mahasiswa. Hal ini memerlukan sinergi seluruh civitas akademika, harapannya
semua kegiatan dapat terlaksana dengan lancar dan sukses tanpa adanya kendala.
Hal tersebut sesuai dengan tema Dies
Natalis STTA ke- 16 “ Bersatu Menggapai Prestasi”. Dengan bersatunya sinergi
seluruh civitas
dengan menjunjung nilai kebersamaan, seluruh kegiatan Dies Natalis ini akan dapat
terlaksana dengan baik. Harapannya,
nilai ini dapat berkembang dan digunakan
oleh seluruh civitas akademika untuk membangun prestasi STTA lebih maju lagi.
Pemilihan tema pementasan wayang “Wahyu Makuto Romo” bukanlah
tanpa alasan, wayang adalah suatu tontonan juga tuntunan. Makutoromo merupakan
gabungan dari 2 kata yaitu Makuto dan Romo ”Makuto” adalah mahkota yang
merupakan kelengkapan busana kebesaran seorang raja, sedangkan ”Romo” yang
dimaksud adalah Prabu Rama Wijaya suami Dewi Shinta raja di Ayodya. Sehingga
Makuto dapat diartikan sebagai watak yang harus dimiliki oleh seorang raja atau
pemimpin meniru apa yang telah dicontohkan oleh Prabu Rama Wijaya. Sedangkan ajaran
Hastabrata yang artinya Hasta adalah 8 (delapan) dan Brata adalah tingkah laku
atau watak. Jadi Hastabrata adalah delapan pedoman perilaku yang layak
disandang dan dilaksanakan. Esensi dari ajaran HastaBrata bukan hanya berlaku
bagi para pemimpin saja. Setiap manusia, seyogyanya mengamalkannya, dalam arti
“hidup selaras dengan alam”, dan “menjalankan peran yang diembannya, sehingga
memberi manfaat bagi sesama”. Seorang pemimpin yang tidak mampu melaksanakan
HastaBrata bagai raja tanpa mahkota. Sebaliknya, rakyat jelata yang dalam
hidupnya mampu melaksanakan Hastabrata, berarti ia adalah rakyat jelata yang
bermahkota, dialah manusia yang luhur budi pekertinya.
Tujuan dari diselenggarakannya pagelaran wayang kulit ini, untuk
belajar kearifan lokal menanamkan akar budaya bangsa kita, selain itu
memberikan pembelajaran mengenai filosofi yang ditampilkan dalam lakon
pewayangan tersebut.