Berdasarkan target pemerintah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 6,5 GW sampai pada 2025, maka dibutuhkan kebutuhan tenaga teknik, khususnya Operations & Maintenance PLTS. Sedangkan faktor perbandingan antara kapasitas pembangkit dan jumlah tenaga teknik operations & maintenance PLTS 0.19 MW/TT, artinya dibutuhkan 1 tenaga teknik untuk operasi dan perawatan tiap 0.19 MW, sehingga yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana peluang dan kebutuhan tenaga teknik operations& maintenance PLTS sampai2025, bagaimana memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang kompeten dibidang operations & maintenance PLTS. Pada webinar Seri #3 yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA), pada Kamis (6/8) merupakan lanjutan dari webinar-webinar seri sebelumnya yang mengulas tentang Energi Baru Terbarukan (EBT). Pada Webinar Seri #3 ini mengusung tema “Peluang Usaha dan Sertifikasi Komptensi Tenaga Teknis pada PLTS”. Menghadirkan pembicara utama Ir. Rachmat Harijanto, Ketua Umum Himpunan Ahli Pembakitan Tenaga Listrik (HAKIT), dan dua narasumber Dr. Teguh Wibowo, S.T., M.T., selaku dosen Departemen Teknik Mesin STTA dan Asesor Pembangkit Listrik, Ir. Misbachul Munir selaku Direktur Utama Eleska (Lembaga Sertifikasi Kompetensi ) HAKIT dan dimoderatori oleh Dedet Hermawan, S.T., M.T., yang merupakan Wakil Ketua I STTA, dan juga sebagai dosen Departemen Teknik Mesin STTA.
Diawali dengan sambutan oleh Ketua STTA, Marsda TNI (Purn) Dr. Ir. Drs. T Ken Darmastono, M.Sc. kemudian dilanjutkan dengan paparan materi oleh narasumber. Webinar kali membahas mengenai peran PLTS di masa mendatang diantaranya komitmen Indonesia pada konferensi Paris 2015, mengenai perubahan iklim, Sustainable Development Goals / SDGs dari PBB, sasaran bauran energi sampai dengan tahun 2025 dari Kementerian ESDM & RUPTL PLN, Hakit & Unit Usahanya. Pada masa mendatang akan dipenuhi dengan EBT yang sebetulnya diatasi dengan storage, sehingga akan banyak peluang di PLTS.
Peluang usaha pada EBT khususnya PLTS sangat menjanjikan. Pergerakan komunitas kelistrikan di masyarakat juga meningkat luar biasa. Berkaitan dengan beberapa kebijakan dan regulasi pengembangan energi surya di Indonesia, diharapkan sampai dengan tahun 2025 sampai dengan 6,5 GW. Untuk PLTS 0,19 MWT/TT artinya dibutuhkan 1 tenaga teknik untuk operasi dan perawatan tiap 0,19MW. Sehingga tenaga kerja yang kompeten khususnya untuk operation dan maintenance banyak dibutuhkan, belum lagi untuk jasa konsultan, pembangunan, pemasangan, training, dan sebagainya. Kapasitas pembangkit listrik dan jumlah tenaga teknik yang memiliki kompetensi dan sertifikasi yang belum sebanding pada saat ini, memunculkan peluang yang sangat menjanjikan.
Isu global tentang EBT kedepan merupakan salah satu energi yang akan mendominasi. Lembaga sertifikasi merupakan salah satu dari stakeholder pada sektor ketenagalistrikan harus segera menyiapkan diri untuk perkembangan EBT. Perkembangan EBT kedepan pada tahun 2025 akan mencapai 24.000 MW. Dengan besarnya target yang dicanangkan dalam RUPTL ini investasi yang akan dibutuhkan dalam mencapai target infrastruktur tersebut juga akan sangat meningkat. Kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sudah didukung dengan sertifikasi dan kompetensi akan semakin meningkat. Peran lembaga sertifikasi sebagai salah satu stakeholder sektor ketenagalistrikan untuk bisa berkontribusi dalam pencapaian target yang sudah dicanangkan oleh pemerintah. Fungsi dan kontribusi dari lembaga sertifikasi adalah memastikan kualitas SDM dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja atau industri, yang sesuai klasifikasi standar dan kualifikasi kompetensi yang dibutuhkan. Dengan diselenggarakannya webinar seri ini, harapannya mahasiswa STTA dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi peluang-peluang kedepan mengenai kebutuhan SDM yang kompeten dan tersertifikasi dalam menyongsong era EBT.